YANG PENTING DI LIAT

Sabtu, 15 Oktober 2016

SHIH HUANG TI

Kaisar besar Cina, Shih Huang Ti dari tahun 238-210 SM. menyatukan Cina dengan kekuatan senjata dan meletakkan dasar perombakan-perombakan. Perombakan ini merupakan faktor utama dalam penyatuan kultural Tiongkok hingga kini. 

Shih Huang Ti (juga terkenal dengan julukan Ch'in Shih Huang Ti) dilahirkan tahun 259 SM dan wafat tahun 210 SM. Untuk memahami arti penting pribadinya, kita perlu mengetahui dulu latar belakang historis kehidupannya. Dia lahir di penghujung tahun dinasti Chou yang didirikan sekitar 1100 SM. Berabad sebelum masanya, dinasti Chou sudah kehilangan keampuhannya sebagai penguasa, dan Cina terpecah belah menjadi negara-negara feodal.Raja-raja feodal ini tak henti-hentinya bertempur satu sama lain, dan lambat laun beberapa penguasa kecilpun lenyap. Salah satu dari negeri terkuat yang selalu baku hantam itu Ch'in, di bagian Cina sebelah barat. Pemimpin-pemimpin kerajaan Ch'in menganut mazhab filosofis legalis yang dijadikan dasar negara. Kong Hu-Cu menganjurkan agar penduduk diperintah lewat contoh suri teladan akhlak dari pemimpinnya. Tetapi, menurut mazhab filosofi legalis, rakyat tidak cukup baik diperintah lewat cara yang ditunjukkan Kong Hu-Cu, karena hal itu tidak mungkin ditrapkan. Sebaiknya rakyat itu diawasi ketat lewat aturan-aturan keras dan dipaksa tanpa pandang bulu. Hukum dan aturan digariskan oleh penguasa, dan penguasa dapat mengubah kalau dipandang perlu untuk kepentingan politik masa depan negara.

Mungkin akibat berpegang pada ide legalis, mungkin juga karena letak posisi geografisnya, atau bisa jadi berkat kemampuan kepemimpinan Ch'in, negeri itu menjadi negeri paling kuat diantara negeri-negeri kerajaan di Cina pada saat Cheng (keturunan Shih Huang Ti) lahir. Secara simbolis Cheng naik tahta pada tahun 246 SM. pada umur tiga belas tahun, tetapi dalam prakteknya, dewan memegang pemerintahan hingga Cheng cukup dewasa di tahun 238 SM.. Raja baru itu mengangkat jendral-jendral yang berkemampuan dan punya semangat berkobar-kobar untuk mengganyang negeri-negeri feodal yang masih tersisa. Negeri feodal terakhir ditaklukkan tahun 221 SM. dan sesudah itu ia bisa memproklamirkan diri sebagai Wang (raja) seluruh Cina. Dalam rangka usahanya memutus hubungan dengan masa lampau, ia memakai gelar baru dan menyebut dirinya Shih Huang Ti yang bermakna "Kaisar pertama."

Menghapus Negara Feodal

Shih Huang Ti segera bergegas melakukan perubahan-perubahan besar. Berdasarkan tekad mencegah cerai-berainya Cina lagi. Dia memutuskan menghapus habis seluruh sistem pemerintahan feodal. Wilayah yang dikuasainya dibagi-bagi menjadi 36 propinsi, dan pada tiap propinsi diangkat seorang gubernur sipil yang langsung ditunjuk oleh kaisar. Shih Huang Ti mengeluarkan dekrit bahwa gubernur propinsi tidak lagi berdasar keturunan. Akibat dari keputusan ini, terjadilah kebiasaan memindah-mindahkan gubernur dari satu propinsi ke propinsi lain untuk mencegah kemungkinan timbulnya pejabat daerah yang ambisius dan menyusun basis kekuatan untuk kepentingan dirinya sendiri.

Tiap propinsi juga punya pimpinan militer, ditunjuk oleh kaisar dan sewaktu-waktu bisa dipindah kapan saja ia mau. Di samping itu ditunjuknya pula pejabat ketiga untuk memelihara keseimbangan antara gubernur sipil dan gubernur militer. Dia membangun jalan raya yang panjang dan rapi menghubungkan ibukota dengan kota-kota propinsi. Jalan raya itu dibangun sedemikian rupa supaya sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menggerakkan tentara pusat ke daerah-daerah jika ada aksi - aksi yang bisa mengganggu keutuhan dan kestabilan kekuatan pusat. Shih Huang Ti pun tak lupa mengumumkan aturan bagi aristokrat-aristokrat lama yang masih hidup harus menetap di ibukota Hsieng supaya mereka dapat diawasi gerak-geriknya dengan mudah.

Shih Huang Ti belum puas hingga disitu. Dia tidak puas dengan keberhasilannya dalam urusan persatuan politik dan militer semata, tetapi juga berusaha menggalang kesatuan ekonominya. Dia menentukan norma-norma ukuran baik untuk berat timbangan maupun panjang sesuatu barang. Dia menetapkan standar mata uang, macam-macam peralatan, lebar serta panjang kendaraan dan mengawasi konstruksi jalan raya dan saluran-saluran air. Dia juga menetapkan sistem hukum yang seragam untuk seluruh Cina sampai standar bahasa tulisan.

Perbuatan kaisar yang paling populer adalah peraturan yang dikeluarkannya tahun 213 SM. Tentang keharusan membakar semua buku di Cina, kecuali buku-buku yang berkaitan dengan masalah pertanian, kedokteran, catatan sejarah negara Ch'in dan buku-buku falsafah yang ditulis oleh pengarang-pengarang penganut faham legalis. Selain itu wajib dimusnahkan tidak kecuali buku-buku doktrin Kong Hu-Cu. Hal itu dilakukannya dengan maksud menabrak habis filosofi-filosofi lawannya, khususnya faham Kong Hu-Cu. Tetapi, Shih Huang Ti memerintahkan mengkopi buku-buku yang dilarang dan disimpan di perpustakaan di ibukota.

Membangun Tembok Besar

Politik luar negerinya juga tak kalah kuat. Dia melakukan penaklukan di bagian selatan Cina, dan daerah-daerah yang ditaklukkan itu dimasukkan ke dalam wilayah Cina. Pasukannya Juga berhasil di utara dan di barat, namun dia tidak mampu menundukkan penduduknya secara permanen. Untuk mencegah jangan sampai mereka menyerang Cina, Shih Huang Ti menghubungkan semua dinding lokal yang memang sudah ada di perbatasan Cina utara sehingga menjadi jalur tembok raksasa. Tembok besar Cina itu masih utuh hingga kini. Konstruksi proyek ini berikut pertempuran-pertempuran dengan pihak luar, membebankan penduduk dengan pajak tinggi, dan ini membuatnya tidak disukai. 

Karena pemberontakan melawan pemerintahan tangan besinya tidak mungkin, serangkaian perbuatan dilakukan orang untuk menghabiskan nyawanya. Tetapi, tak satu pun usaha pembunuhan ini yang berhasil, dan Shih Huang Ti mati secara wajar tahun 210 SM.

Kaisar digantikan putera keduanya bergelar Erh Shih Huang Ti. Tetapi, sang anak tidak memiliki kemampuan seperti sang ayah, karena itu beberapa pemberontakan pun meletus. Dalam tempo empat tahun dia terbunuh. Perpustakaan kerajaan dibumihanguskan, dan dinasti Ch'in sepenuhnya ditumbangkan.

Namun, karya usaha Shi Huang Ti yang sudah dirampungkannya bukanlah hal yang percuma. Orang Cina memang bersenang hati pemerintahan tiraninya sudah berakhir, tetapi, ada sebagian kecil yang berhasrat kembali ke suasana anarki seperti masa lampau. Dinasti berikutnya (dinasti Han) meneruskan sistem dasar administratif yang ditegakkan oleh Ch'in Shih Huang Ti. Dan memang dalam kenyataannya, sepanjang dua puluh satu abad kekaisaran Cina melanjutkan garis-garis yang sudah diletakkan. Meskipun sistem hukum Ch'in yang keras segera dilunakkan oleh para kaisar dinasti Han, penyatuan politik dan kultural yang sudah dibangun oleh Shih Huang Ti tidaklah luntur.

(Sumber: Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michael H. Hart, 1978)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar