YANG PENTING DI LIAT

Sabtu, 15 Oktober 2016

Martin Luther King

Masa kecil Martin Luther
Ketika masih anak-anak Martin Luther King mengalami kekerasan dan deskriminasi rasial. Kisah diskriminasi rasial yang ia alami berawal dari keberangkatannya ke sekolah, ketika ia bersama gurunya berada di dalam sebuah bus. ia dan guru sekolahnya diminta untuk memberikan tempat kepada penumpang berkulit putih. Ketika mereka tidak mau pindah, sang sopir bus justru mengumpat dengan mengatakan, “Jahanam kulit hitam”. Luther tetap tak bergeming, namun gurunya memintanya untuk mematuhi aturan. Akhirnya mereka harus berdiri selama 90 menit dalam perjalanan ke Atlanta.
Martin Luther King dibesarkan dalam lingkungan yang religius. Kehidupan religius keluarganya membuat ia mampu berpikir kritis dengan lingkungan sekitarnya. Ia memiliki pemikiran skeptis mengenai doktrin Christianity. Luther menyatakan keraguannya mulai muncul tak henti-hentunya, walaupun akhirnya ia memiliki sebuah kesimpulan bahwa Injil memiliki banyak kebenaran dan kemaslahatan yang tidak bisa dipungkiri. Dalam keadaan gamang itulah ia tetap mendatangi seminari.

Perjalanan Martin Luther dalam dunia pendidikan

Martin Luther King dididik di sebuah sekolah negeri di mana segregasi masih sangat kental di Georgia. Ia disekolahkan di Booker T. Washington High School. Kecerdasan dan kedewasaannya membuat dirinya mendapatkan akselerasi pendidikan. Pada usia 15 tahun, ia masuk ke Atlanta’s Morenhouse Cillege. Ia lulus dari sekolah tersebut sebagai sarjana muda di bidang seni.
Setelah lulus dari Atlanta’s Morenhouse College, Martin Luther King masuk ke Crozer Theological Seminari di Pennsylvania. Dalam kegiatannya di Theological Seminari, ia banyak bersentuhan dengan pemikiran Mahatma Gandhi. Ia mempelajari tentang filsafat perlawanan tanpa kekerasan milik Gandhi. Ia menemukan metode terbuka yang bermoral dan praktis untuk menekan orang-orang demi sebuah kemerdekaan. Dari sekolah keagamaan itu, ia lulus dengan gelar Sarjana Teologi pada tahun 1951.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 18 Juni 1953, ia menikahi Coretta Scott. Sebuah pernikahan sederhana dilakukan di rumah sang mempelai wanita di Heiberger, Alabama. Dari pernikahan tersebut ia dikaruniai sempat anak yang masing-masing diberi nama : Yolanda King, Martin Luther III, Dexter Scott King, dan Bernice King.
Pada tahun 1954, saat usianya 25 tahun Martin Luther King, Jr. menjadi pastor di Gereja Baptis Dexter Avenue, di bilangan Montgomery, Alabama. Ia kemudian mulai melanjutkan pendidikannya ke jenjang doktoral di bidang teologi sistematis di Universitas Boston. Ia lulus dari Universitas Boston pada tahun 1955 dengan meraih gelar doktor di bodang filosofi.
Pada 1 Desember 1955 terjadi sebuah peristiwa diskriminasi rasial yang diterima oleh seorang wanita berkulit hitam bernama Rose Parks. Parks mengalami diskriminasi rasial karena menolak memberikan tempat duduknya di dalam bus kepada orang berkulit putih. Kejadian ini pun memicu demonstrasi dan aksi boikot transportasi. Para aktivis kulit hitam dari Asosiasi Pengembangan Montgomery memilih Martin Luther King, Jr sebagai pemimpin mereka.
Boikot tersebut berjalan selama 382 hari hingga bus Montgomery bebas segregasi setelah Pengadilan Amerika Serikat mendeklarasikan tidak berlakunya segregasi hukum di Alabama. Selama terjadinya boikot, Martin ditangkap dan rumahnya dibom. Usai pengeboman rumahnya, Luther meminta para pengikutnya untuk melakukan protes tanpa kekerasan dan menenangkan mereka.
Pada tahun 1957, Martin Luther King mengatur diadakannya Southern Christian Leadership Conference untuk menyukseskan gerakan Montgomery. Ia pun terpilih sebagai pemimpinnya. Menjabat sevagai pemimpin Luther melakukan perjalanan ke beberapa daerah, termasuk tempat kelahirannya untuk memulai aksi hak sipil. Dalam perjalanan itulah ia mendapatkan inspirasi perjuangan Gandhi tentang perlawanan tanpa kekerasan sebagai bentuk dan media mendapatkan kemerdekaan.

Martin Luther dipenjara

Tahun 1960 Martin Luther King dipenjara karena melakukan aksi duduk di Greenboro, Carolina Utara. Akan tetapi penjara ternyata tak sanggup membuat ia jera. Ia kembali melakukan aksi serupa di restoran-restoran di Atlanta. Dalam kasusu tersebut ia dipenjara bersama 33 anak muda karena memprotes segregasi.
Luther di penjara di negara Reidsvile Farm selama empat bulan. Ia kemudian dibebaskan setelah ada campur tangan John Kennedy dan Robert Kennedy. Namun, lagi-lagi Martin dipenjara pada bulan Desember 1961 karena berdemonstrasi di Albania, Georgia. Sayangnya gelombang protes di Abania itu mengalami kegagalan. Ia pun banyak mendapatkan kritik karena disinyalir sebagai biang kegagalan protes tersebut.
Martin Luther King, Jr kemudian mulai merencanakan aksi protes besar-besaran di Birmingham, Alabama yang dikatakan sebagai tempat paling segregasi di Amerika Serikat. Ia memulai gerakannya dengan berkeliling kota mengampanyekan perlawanan tanpa kekerasan. Ia merekrut dua ratus orang yang rela masuk penjara akibat aksi tersebut.
Pada awal April 1963, Martin Luther King sampai di Birmingham dan aksi protes warga pun dimulai selama sebulan. Aksi protes tersebut membuat orang Afro-Amerika ditangkap setiap hari karena menolak segregasi. Kendati demikian, warga terus melancarkan akso protes. Konsisi ini memaksa pihak kepolisian melakukan tindak kasar. Para polisi membawa anjing dan melakukan tembakan untuk membubarkan 2.500 demonstran. Dalam aksi tersebut sekitar 3.300 orang Afro-Amerika dipenjara.

Surat Martin Luther

Dalam aksi tersebut, Martin Luther bersama Ralph Abernathy ditangkap karena melakukan demonstrasi tanpa izin. Selama sebelas hari mendekam di dalam penjara, Martin menulis suratnya yang terkenal dari balik penjara Birmingham berjudul “The Letter from Birmingham Jail”.
Surat tersebut merupakan bentuk tanggapan dari delapan pendeta Alabama yang mengkritisi gerakan Birmingham, Dalam suratnya Martin Luther King, Jr menulis :
“Suatu hari, wilayah selatan akan mengenali pahlawan mereka yang sebenarnya, Mereka bakal menjadi James Meredith dengan tujuan mulia yang akan mampu mengatasi olokan serta kerumunan masa yang memusuhi dengan kesendirian yang menyedihkan bagai seorang pionir.”
Gerakan protes di Washington menjadi penanda penting perjalanan sejarah perjuangan hak sipil. Hal ini karena aksi tersebut berpengaruh terhadap lahirnya undang-undang hak-hak sipil tahun 1964 dan undang-undang hak pilih tahun 1965.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar